Rabu, 14 September 2011

Perjalanan Panjang (Nice Trip Pontianak to Sintang in 15 Hour)

Ini sebuah kisah seru dan takkan terlupakan sepanjang hidupku.  Perjalanan yang banyak mengajarkan aku tentang arti dedikasi dan kesabaran.
Kisah ini berawal dari niat ku untuk melakukan perjalanan Pontianak menuju Kota Kabupaten Sintang, sebuah kota kecil yang menggoreskan banyak kisah hidup dan pendewasaan aku dapatkan disana.
Hari itu senin tanggal 15 Agustus 2011,  bertepatan dengan hari ke-15 puasa romadhan aku berencana menaiki Bus Damri pukul 09.00 WIB yang akan membawaku pada tanah "pendewasaanku" itu.  Tidak biasanya aku menaiki bus pagi,  tapi entah mengapa ada keinginan kuat untuk mencoba menaiki bis pagi,  yang pertama aku ingin merasakan hangatnya saur di rumah dan alasan berikutnya adalah ingin melihat-lihat pemandangan Pontianak-Sintang yang masih sangat alami.
Pukul 08.00WIB aku diantarkan saudariku ke pangkalan Bus Damri yang terletak di Jalan Pahlawan Pontianak.  Setelah berpamitan aku pun menaiki bus dan menduduki bangku yang tekah aku pesan sebelumnya.  tak berapa lama busa pun meninggalkan pangkalan bus dan memulai tripnya.
Aku sengaja memilih bangku di depan karena bisa lebih leluasa melihat-lihat pemandangan dan bisa mengambil beberapa gambar dari mata keduaku Canon D1100 ku, sebuah kamera SLR yang selalu menemani ku kemana pun aku pergi.
Selang kurang lebih 1 jam perjalanan bus Damri yang aku tumpangi menunjukkan gejala-gejala ketidakberesan,  bus berhenti dan aku supir mengatakan bahwa bis harus berhenti sejenak.
Kulihat beberapa penumpang terlihat kecewa dan mulai menggerutu.  Namun, 15 menit kemudian bus mulai berjalan lagi.
Perjalanan Pontianak-Sintang di siang hari ternyata sangat mengasyikkan, pemandangan yang terbentang di mataku membuat aku semakin mencintai tanah Kalimantan Barat ini.
Satu jam perjalanan, aku mulai mengantuk aku pun terlelap tidur dan terjaga ketika bus kembali berhenti mendadak.  Kali ini kerusakan bus sepertinya serius,  karena kulihat beberapa penumpang sudah turun dari bus dan duduk di pinggiran jalan.  Supir mengkonfirmasi bahwa rem bus rusak dan hanya berfungsi 60% dari yang seharusnya.  Ada perasaan takut yang mulai menggerogotiku, karena aku tahu jalan di beberapa kabupaten yang akan kami lintasi memiliki banyak tanjakan dan tikungan tajam.
merasa gerah di dalam bus karena mesin bus dimatikan otomatis AC pun mati aku turun keluar dari bus.
kulihat 3 orang supir yang merangkap menjadi mekanik bus Damri hanya terlihat bagian kakinya saja,  karena mereka masuk kebawah badan mobil untuk membetulkan rem.
Beberapa penumpang mulai menggerutu dan terus bertanya pada ketiga supir montir tersebut tentang masih berapa lama lagi bus akan bisa beroperasi normal dan mengantarkan kami ke Sintang.  Dengan keadaan puasa, ketiga supir montir itu terluihat sabar meladeni pertanyaan dan komentar-komentar para penumpang.
Aku merasa benar-benar salut akan kesabaran dan keuletan supir montir tersebut.
Tak terasa hari sudah menjelang sore.  Setengah perjalanan pun belum kami tempuh,  walaupun bus sudah berjalan normal, tapi ada rasa khawatir oleh kami semua awak bus damri pada hari itu.  Karena yang mengalami kerusakan adalah bagian penting dari bus itu sendiri dan mengingat kondisi jalan,  aku hanya bertawakal pada sang pencipta, apa pun yang terjadi, terjadilah dengan kuasa-Nya.
Benar dugaan ku selang 2 jam perjalanan bus kembali berhenti dengan sempat sebelumnya mundur beberapa meter ketika melewati tanjakan.  Hatiku benar-benar semakin tidak tenang. beberapa penumpang memutuskan untuk mencari travel dan turun dari bus.  beberapa orang menawariku tapi aku menolak karena barang bawaanku sangat banyak dan aku berarti harus menmbah ongkos lagi jika mengikuti ajakan mereka sedangkan uang yang ada ditanganku benar-benar minim.
Salah satu supir montir mengumumkan kepadakami bahwa rem pada ban kiri belakang benar-benar tidak berfungsi lagi,  tapi perjalanan masih bisa diteruskan dengan catatan harus menunggu beberapa jam untuk memperbaiki rem tersebut.
Seingatku kejadian ini terjadi di Kabupaten Landak,  salah satu kabupaten yang harus aku lewati untuk menuju Kabupaten Sintang.  Saat itu pukul 17.00 WIB keadaan belum berbuka puasa, ketiga supir montir tersebut dengan uletnya membetulkan rem.  Baju seragam mereka telah kotor dengan tanah.  Beberapa gambar sempat aku ambil untuk merekam pengabdian mereka.
Sedikitpun tidak ada rasa menyesal dalam diriku menaiki bus Damri yang ternyata memang sering mogok ini.  Dan dari kabar yang aku dengan memang hanya tinggal satu bus itu saja yang sering mogok.  Mungkin rejekiku hingga aku menaiki bus tersebut dan mendapatkan pelajaran penting tentang keikhlasan,  dedikasi,  tanggungjawab,  dan kesabaran.
Tak lama kemudian terdengar sayup kumandang adzan, ketiga supir montir itu terlihat semangat ketika meneguk air mineral.
Tak terasa waktu terus berlalu pukul 18.10WIB bus kembali berjalan dan akhirnya kami tiba di Kabupaten Sintang pukul 11.12WIB.  perjanan yang seharusnya bisa aku tempuh dalam waktu kurang lebih 10jam kali itu menjadi 14jam perjalanan.

Sungguh tidak ada rasa kesal sedikit pun dalam hatiku pada bus maupun ketiga sopir montir yang benar-benar gagah perkasa menurutku.
Ada pelajaran penting yang mereka ajarkan padaku hari itu,
mereka tetap sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan penumpang tentang keadaan bus yang mereka tumpangi,
mereka tetap ulet berusaha memperbaiki kerusakan bus tanpa keluh kesah,  bahkan terkadang mereka saling melemparkan guyonan sambil bermandi peluh dan berbalut debu dibawah bus.
Mereka tetap memegang teguh dedikasi pada baju seragam yang mereka kenakan pada nama Damri yang selalu mereka junjung dengan penuh tanggungjawab.
Walaupun badanku terasa remuk redam setelah duduk kyrang lebih 15jam di dalam bus dengan medan jalan yang tidak bisa dikatakan baik aku sama sekali tidak menyesali perjalanan berharga tersebut.
aku berharap pihak yang terkait segera mengganti slaah satu armada Damri tersebut dan menggantikan dengan bus yang masih layak beroperasi.
Terimakasih three damri's musketers,  atas perjalanan berharga ini.

Jakarta, 15 September 2011
(ketika perjalanan indah dan berharga itu terkenang lagi)

ketika hati ingin bicara cinta


Kubiarkan hati ini membiru lalu kelabu...
kubiarkan saja ia menghijau lalau membara dalam nyala...
terlalu banyak kuterima rasa sampai tak sanggup menilai apa-apa
tak sanggup mengartikan setiap arti denyutannya...

kubiarkan saja kau dalam kosong untuk berapa lama,
tak ada makhluk pengisi ruangnya...
tapi entah terasa tak kuasa..sepi, hampa, serasa tanpa nyawa..

ku coba mengisimu,dengan siapa yang datang kemudian menyapa..
tapi terasa lelah dan berdosa..
lantas ku usir saja..kini kubiarkan hatiku mengembara, bergantung dan berkelana...

hingga suatu waktu aku percayakan saja...
kau pada sang pencipta..
(ketika hati ingin bicara "aku cinta" tapi belum saatnya)
Jakarta, 26 maret 2011

Kritik (Untuk semua yang sering resah menerima kedatangannya)


Kritik?
Satu kata yang mengandung unsur membangun dan bisa memecah belah,  sebelum lebih jauh, mari kita telisik makna kritik dalam goresan singkat ini,
Kritik menurut kamus bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk thd suatu hasil karya, pendapat, dsb 
Setiap dari kita pasti punya penilaian yang berbeda tentang hal ini.  Ada yang memandangnya dari perspektif positif ada pula yang merasa hal ini merendahkan hingga konotasinya menjadi negatif.  

Tanpa kita sadari tidak ada satupun dari kita yang tak pernah mengkritik dan menerima kritikan.  Namun, dari sekian banyak intensitas aktivitas kita dalam dikritik dan mengkritik, seringkali kita lupa esensi kritik tersebut, bahwa kritik adalah tanggapan yang disertai pertimbangan baik dan buruk dan sering ditambahkan kata membangun di akhir katanya.  Terkadang kita "mengamnesia"kan diri kita menggunakan kesempatan mengkritik untuk mencari sudut lemah seseorang tanpa memberikan pertimbangan baik buruk dan kesediaan kita untuk membangun .  Seringkali kritik menjadi alasan kita untuk menjatuhkan dan menyudutkan individu, badan, organisasi, dan lain sebagainya.  Seringkali kita menjadikannya pembuka tabir persengketaan, pelebar jurang permusuhan, penebar benih dendam kebencian.
Bukan hanya yang mengkritik yang memiliki potensi untuk melupakan esensi kebaikan kata kritik,  tapi ketika menjadi objek kritik kita pun sering melupakan bahwa, kritik adalah bentuk perhatian yang seharusnya kita dengarkan dengan hati dan pikiran terbuka.  Dan sepeptutnya kritik menjadi bahan ajar untuk melangkah ke arah lebih baik.

Entah menjadi subjek atau objek kritik, seberapa keras dan tajam kritik yang dilemparkan atau yang kita lemparkan, semoga kita semua bisa memfilternya kemudian menerimanya dengan legowo.
Karena kritik adalah satu kata yang seharusnya membuat kita bijak bestari dan dewasa menjalani jalan hidup ini.  
Mengkoreksi dan terkoreksi, menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.



Jakarta, 13 Juni 2011
Untuk diriku,
Dan teman-teman yang terkadang khawatir menerima dan menghadirkan kritik dalam lini hidupnya.


Kisah Cinta Kita (Teruntuk Ibunda yang Tak Lama Lagi Akan Kutemui)


Ada cerita yang sejati antara kita,
Cerita tentang kasih, cerita tentang sayang . .  .
Cerita cinta paling berkesan,
Cerita tentang kasih sayang yang tak pernah ada tepi pada semua sisi . . .

Ada kisah cinta paling romantis antara kita,
Kisah dengan skenario jujur sepanjang jalan,
Kisah haru biru ungu selalu jadi satu,
Kisah kasih mengharukan
Kisah tentang lembutnya hati  yang ikhlas selalu memberi

Ada skenario yang memang Tuhan tuliskan di antara kita,
Skenario paling apa adanya,
Skenario yang tak menghabiskan banyak pita hitam perekam,
Skenario yang paling sederhana sepanjang masa,

Ini bicara tentang kisah yang akan tercatat dalam lembar-lembar sejarah sampai masa depan,
sebuah kisah yang tak kan mungkin usang penuh terkenang-kenang,,
Ini sebuah cerita yang hadir bukan karena rekayasa,
Juga skenario yang tak pernah jatuh kejar tayang,
semua selalu disisipi rindu penuh ketulusan,
ada ikatan kuat yang tak pernah akan dipisahkan,
juga roman yang mengalahkan keabadian romeo juliet . . .
Ini bicara tentang kisah cinta,
Cinta tulus yang tak pernah putus sepanjang zaman . . .

(Teruntuk Ibunda yang tak lama lagi akan kutemui)
Jakarta, 12 Agustus 2011
Ketika raga ini tak sabar ingin memelukmu . . .

Catatan Penyambutan (Ketika rekan, relasi, dan cinta datang dan pergi di sepanjang perjalanan)


Terkadang perlu banyak pemikiran untuk menerima sebuah kehadiran orang-orang baru dalam kehidupan kita.
Satu persatu hadir dan pergi mengisi dan mewarnai setiap detik waktu yang sang pencipta amanahkan kepada kita.
Tak jarang dari kedatangan disambut dengan sapaan hangat dan niat menjalin sebuah koneksi yang baik, berkenalan, saling percaya, dan pada akhirnya saling ketergantungan, dan bersimbiosis dengan konteks paling mutualisme idealnya.
Tapi tak jarang pula sebuah kedatangan kita sambut dengan sinis antipati, dan tidak ada kadar simpati sedikitpun, apa pun alasannya ketika hal ini terjadi akan sulit membentuk sebuah relasi, jikalau pun ada relasi sudah bisa diprediksi banyak cacat disepanjang kisah nya dan non-simbiosis barang tentu terjadi.
atau pilihan lainnya, sebuah koneksi dari kedatangan terjadi berjalan dengan mulus, jujur adanya, tapi berakhir dengan uraian air mata. Tragis,  kata-kata benci menghias setiap kata perpisahannya.

Ketika kita siap menerima dan menyambut ramah sebuah 'kedatangan' sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita siap melepaskan dan siap mengucapkan selamat tinggal.
Sebuah konsekuensi dari kehidupan adalah teorema aksi reaksi dan kesetimbangan.  Setiap kedatangan harus kita ingat akan ada kisah kepergian pada akhir masanya.

Seberapa indah masa-masa yang kita lalui bersama orang-orang yang kita sambut dalam kehidupan kita,ada kata-kata selamat tinggal yang pasti menunggu di ending kisahnya.
tapi bagaimana bentuk perpisahan itu, tak ada satupun dari kita yang bisa meramalkannya, karena kita, manusia, hanya bisa membuat usaha untuk mempertahankan sebuah hubungan dengan itikad baik yang kita punya.
Berusaha menjaga segala macam komitmen relasi semampu dan sewajarnya saja.
Karena setiap kedatangan yang kita sambut dengan baik akan terbayar dengan banyak kisah indah dalam relasi dan interaksi sesama sepanjang hayat,  sepanjang masa . . .

Mungkin saja yang kita cintai hari ini akan menjadi orang yang kita benci pada akhirnya,
Terima kedatangan rekan, teman, dan cinta sewajarnya . . .
Sambut dengan ramah kisah yang orang-orang sekitar kita tawarkan,
Saring isi dan maknanya,
Jalin hubungan sewajarnya,
Jaga semua yang telah kita rajut dengan orang-orang sekitar kita,
Karena setiap waktu yang ada, adalah pita-pita perekam skenario yang akan abadi sepanjang masa,

Cintai orang-orang di sekitar kita sewajarnya,
Berikan yang terbaik semampu yang kita bisa,
Pertahankan genggaman tangannya sekuat yang kita sanggup,
Jangan paksakan hati kita untuk bersimbiosis dalam kimia yang berlebih,
karena Tuhan sang Pencipta maha pembolak-balik hati dan mata perasaan . . .


(Teruntuk seseorang yang menemani pendewasaan kehidupan ini, semoga kedatangan dan kepergianmu bisa kusikapi dengan sebaik-baik sikap yang aku punya)
Sintang, 280811
[Ditengah Panasnya Khatulistiwa Indonesia ;)]

Titik Koma


Titik
Koma
Titik
Koma

Kau tulis titik, tapi masih kau beri koma.
Padahal sudah kau katakan ini sudah akhir.
(Tapi kulihat jelas kau gores koma penyambung kata-kata)

Titik
Koma
Titik
Koma
(Kau memang tak gagah memilih jalan)
Kau berhenti kau bilang ini akhir (Tapi kau lanjut lagi, kiri, kanan, lalu jalan)
Kau bilang ini jalan yang kau pilih, tapi kau belokkan lagi setir tanpa kira-kira
kiri kanan, berhenti, tapi kau jalan lagi

titik
koma
titk
koma
titik
kau berhenti
koma
kau jalan lagi
titik
kau berhenti (lirik kiri, lirik kanan)
koma
kau jalan lagi (aku tepat didepanmu)
titik (kau berhenti)
pakem rem, kau buat titik
kau hening
titik,
aku ingin jadi titik besar untuk mu...

Sintang, 2 September 2011
9:32 pm (waktu kamarku)

Kamis, 24 Februari 2011

My 'Gubrak' Sunday . . .


Hari minggu harinya senang-senang buat mahasiswa yang berjadwal padat (kata siapa??? :P) yah buatku minggu emang hari yang menyenangkan. alasan :
1. Ga' kuliah, ga' kekampus, bisa bangun telat . . .(haha)
2. Giliran piket (ne ladang amal coz bisa ngebersihin asrama)
3. Bisa bebas jalan-jalan (hahaha yang ini ni yang bikin demen apalagi kalo dompet masih tebel)
Dari ketiga alasan (kurang konkrit) diatas yang paling seru ya poin ke tiga.  Poin ketiga ini jadi lebih menyenangkan ketika my luphly mum memberi mandat untuk berbelanjan <span>'ke brother land'</span> (baca= tanah abang) dengan semangatnya pagi-pagi aku bersiap-siap memilih baju yang paling enak dipakai (secara tau lah kondisi brother land yang super duper ramai banget and panaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas ) setelah itu dengan bismillah yang mantap melangkahkan kaki keluar (hip-hip hurray jalan-jalan+belanja). 
sesampainya di brother land, langsung kutuju toko jilbab langganan ku.  Dan membeli semua titipan my luphly mum. setelah itu sedikit ku cuci mata melihat2 beberapa butik disalah satu blok di sana.

awalnya semua berjalan aman, damai,lancar,terkendali sampai aku menyadari kalo kantong belanjaan ku bocor . . .(huaaaaaaaaaaaaaa barang2 nya pada nyecer keman bu'??) 
yang tertinggal hanya beberapa jilbab O eM Ji beneran dah ne jilbab titipan my luphly mum udah pada bertaburan sepanjang jalan kenangan yang kulalui . . . ku punguti satu persatu jilbab bordiran payet yang bergaya asyik ala ibu-ibu dengan gaya pemulung ulung . . . (satu, dua, tiga, selusin, dua lusin, satu kodi, dua kodi) sip lengkap jilbab yang nyecer kukumpulkan satu persatu. 
hufffffttttttt.. beneran deh, lain kali ga' mau :
1. pergi ke brother land sendirian
2. ga bawa tas belanja
huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......................................
but over all, ga' pa-pa lah yang penting amanat mama udah aku penuhi, 
nice trip, nice holiday, nice experience :)

Toilet ‘Shock’ Therapy


Bruk’
“Hua...hu...hu...hu...saki......t” samar-samar kudengar debuman diikuti tangisan pilu. (Bunyi apaan subuh-subuh begini pukul 03.48 Waktu Indonesia Bagian Jakarta, Cempaka Putih Barat XXI)
Masih dalam keadaan setengah sadar kuedarkan pandangan kulihat adik tingkatku sebut saja melati duduk sedih (ya definisi sedih buatku = mata mengeluarkan airmata) ternyata ia terjatuh dari tangga tempat tidur kami.  Dengan sigapnya (ala tim SAR) ku coba mengangkatnya (Berat banget sih, salah kuda-kuda ni kayaknya) aku pun bangun dan mencoba berdiri.  Saat ku jejakkan kaki ke lantai ‘clep’ kok basah ya ?
Ku jejakkan kaki sebelah lagi ‘clep’ basah juga . . . .(Ternyata melati menangis karena jatuh terpeleset dikarenakan air yang menggenang) T_T
Oh tidak, jangan-jangan air minum ku tumpah, kucari botol minumku, Maih berdiri tegar ditempatnya.  Tapi air tumpah kok sampai semata kaki ya??
Hipotesis awal :
  1.  Ada air minum tumpah (air minum ku Cuma se-liter, ga’ banyak)
  2. Ngompol (raksasa kaleee yang ngompol separah ini)
  3. Air mata melati yang jatuh (jangan-jangan dia titisan ikan duyung, oh ga’ mungkin)
Ternyata semua hipotesis awal ku SALAH besar.  Kunyalakan lampu kamar dan 2 orang teman sekamarku bangun, disusul 2 orang lainnya. 
“Kok ada air ya?” ujar salah satu temanku,  “iya kok basah ya?” (ya iyalah basah kan ada air hadeeh =_=)
Kulangkahkan kaki menuju toilet yang tak jauh dari tempat tidurku.  Oh My God, Closet nya yang menangis (air keluar dari closet red.) huah kamarku tergenang air closet (jorokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk), segera kami bangun dan mengambil peralatan tanggap darurat untuk membersihkan kamar dari serangan air toilet.  Sapu, serokan,timba,ember,alat pel,alat gerus air(aku nggak tau namanya),sampai celana training kebanggaanku juga kukorbankan demi kemaslahatan umat kamar. 
Kurang dari 15 menit bencana ini bisa kami tanggulangi dengan semangat kebersamaan dan kekompakan yang menyatu dalam rasa cinta dan damai (halah lebay bajay)
Namun, walaupun sudah tertanggulangi masih ada rasa trauma dalam sanubari kami (ala-ala pengungsi bencana merapi) beberapa barang yang biasanya kami letakkan dengan manis dilantai kami evakuasi ke bagian lain dari rumah yaitu pada sayap depan (baca balkon red)

Alhamdulillah,   udah beres  sekarang toilet dikamar kami, udah dipanggil tukang wc juga untuk memperbaiki ketersumbatan yang ada.  Semua bencana selalu meninggalkan cerita dan hikmah, kami akhirnya bisa membersihkan kamar kami secara bersama-sama yang pada awalnya tidak pernah kami lakukan bersama, karena kesibukan dan jadwal kuliah yang berbeda-beda.
Tapi,  tetep aja, ga’ lagi-lagi deh kamar digenangi air closet . . . J

Jakarta, 27 Januari 2011
(ditulis dengan penuh perasaan, jangan lupakan ini teman-temanku, bagian dari kebersamaan yang indah with Toilet Shock Therapy)

Catatan Perjalanan (Ketika Perjalanan Hidup Terlalu Sulit Untuk Direkam)


Perjalanan kehidupan,  itulah sebuah perjalanan terpanjang dan sangat pelik untuk di gambarkan pada peta,  terlalu rumit untuk dibuatkan gambaran utuh menyeluruh. 
Perjalanan kehidupan ibaratnya sebuah potongan-potongan mozaik yang saling lengkap-melengkapi dalam keberadaannya. 
Layaknya puzle-puzle yang berserakan dimana-mana,  yang bisa kita rangkaikan satu-persatu menjadi bentukan utuh. 
Proses perangkaian nya pun bukan hal yang serta-merta, perlahan tapi pasti membentuk gambaran.  Begitu pula perjalanan hidup kita,  perlahan tapi pasti membentuk sebuah alur kedewasaan, yang tidak meneyertai kita begitu saja,  ia hadir dan lengkap dengan pengalaman.
Pahit, manis, itulah rasa perjalan itu.  Seringkali indah walau kadang penuh duri membingungkan.  Tak jarang dihadapkan pada pilihan.  Namun,  seringkali keterpaksaan yang mengeksiskan keberadaan perjalan hidup kita.  Mungkin pernah bertemu dengan kegagalan yang pada akhirnya mempertemukan kita dengan jalan-jalan menuju kesuksesan atau kegagalan yang mengajarkan kita arti usaha dan perjuangan.  Banyak kesulitan-kesulitan yang pasti kita temui,  walau tak jarang kemudahan instan menjadi nikmat keberuntungan yang menyertai alur perjalanan.
Itulah bentuk rigi-rigi puzle yang terkadang harus bijak kita kombinasikan,  agar ia berbentuk gambar utuh tanpa selisih, tanpa cacat.

Terkadang hikmah yang ada dalam alur perjalanan kita tak kita telaah.  Sesal lebih sering menghampiri ketimbang ucapan-ucapan syukur selama perjalanan itu.  Padahal syukur itulah warna yang membuat rangkaian puzle kita terlihat lebih sempurna. 

Tak jarang kita tak bisa mengambil hikmah dari kerumitannya.  Kita tak bisa melihat sisi-sisi baik dari rangkaian yang telah tersusun,  kita tak pernah menyadari betapa penting keping-keping puzle yang tengah kita cari dan kita rangkai.  Kita terlalu sering melupakan bagian-bagian pentingnya.  Sering kita tidak bersyukur dengan kisah-kisah yang ada dalam tiap kepingannya.  Kita sering melalaikan nikmat waktu dan nikmat ujian yang pada hakikatnya merekatkan kepingan satu dengan lainnya. 
Betapa pun sulit bagi kita untuk melalui dan mencari kepingan-kepingan kecil dari puzle kehidupan, semoga tidak membuat kita lalai untuk melihat indah warnanya dengan rasa syukur,  merangkainya satu persatu dengan rasa sabar,  dan berusaha mengukuhkannya dengan   tawakal.

(Jakarta, 25 Februari 2011,  Ketika semuanya mulai terasa berat)