Terkadang perlu banyak pemikiran untuk menerima sebuah kehadiran orang-orang baru dalam kehidupan kita.
Satu persatu hadir dan pergi mengisi dan mewarnai setiap detik waktu yang sang pencipta amanahkan kepada kita.
Tak jarang dari kedatangan disambut dengan sapaan hangat dan niat menjalin sebuah koneksi yang baik, berkenalan, saling percaya, dan pada akhirnya saling ketergantungan, dan bersimbiosis dengan konteks paling mutualisme idealnya.
Tapi tak jarang pula sebuah kedatangan kita sambut dengan sinis antipati, dan tidak ada kadar simpati sedikitpun, apa pun alasannya ketika hal ini terjadi akan sulit membentuk sebuah relasi, jikalau pun ada relasi sudah bisa diprediksi banyak cacat disepanjang kisah nya dan non-simbiosis barang tentu terjadi.
atau pilihan lainnya, sebuah koneksi dari kedatangan terjadi berjalan dengan mulus, jujur adanya, tapi berakhir dengan uraian air mata. Tragis, kata-kata benci menghias setiap kata perpisahannya.
Ketika kita siap menerima dan menyambut ramah sebuah 'kedatangan' sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita siap melepaskan dan siap mengucapkan selamat tinggal.
Sebuah konsekuensi dari kehidupan adalah teorema aksi reaksi dan kesetimbangan. Setiap kedatangan harus kita ingat akan ada kisah kepergian pada akhir masanya.
Seberapa indah masa-masa yang kita lalui bersama orang-orang yang kita sambut dalam kehidupan kita,ada kata-kata selamat tinggal yang pasti menunggu di ending kisahnya.
tapi bagaimana bentuk perpisahan itu, tak ada satupun dari kita yang bisa meramalkannya, karena kita, manusia, hanya bisa membuat usaha untuk mempertahankan sebuah hubungan dengan itikad baik yang kita punya.
Berusaha menjaga segala macam komitmen relasi semampu dan sewajarnya saja.
Karena setiap kedatangan yang kita sambut dengan baik akan terbayar dengan banyak kisah indah dalam relasi dan interaksi sesama sepanjang hayat, sepanjang masa . . .
Mungkin saja yang kita cintai hari ini akan menjadi orang yang kita benci pada akhirnya,
Terima kedatangan rekan, teman, dan cinta sewajarnya . . .
Sambut dengan ramah kisah yang orang-orang sekitar kita tawarkan,
Saring isi dan maknanya,
Jalin hubungan sewajarnya,
Jaga semua yang telah kita rajut dengan orang-orang sekitar kita,
Karena setiap waktu yang ada, adalah pita-pita perekam skenario yang akan abadi sepanjang masa,
Cintai orang-orang di sekitar kita sewajarnya,
Berikan yang terbaik semampu yang kita bisa,
Pertahankan genggaman tangannya sekuat yang kita sanggup,
Jangan paksakan hati kita untuk bersimbiosis dalam kimia yang berlebih,
karena Tuhan sang Pencipta maha pembolak-balik hati dan mata perasaan . . .
(Teruntuk seseorang yang menemani pendewasaan kehidupan ini, semoga kedatangan dan kepergianmu bisa kusikapi dengan sebaik-baik sikap yang aku punya)
Sintang, 280811
[Ditengah Panasnya Khatulistiwa Indonesia ;)]
akhirnya mereka juga tidak ingin sadar bahwa banyak kenangan indah yang tidak membekas karena luka sesaat..
BalasHapustapi setidaknya anda juga belajar cara melupakan...
tanpa memperdulikan lagi apa yang sedang di perjuangkan oleh orang yang sampai saat tengah berharap setidaknya 1 kata dari anda...