Selasa, 07 Desember 2010

Catatan Pilihan (Ketika Harus Dihadapkan Pada sebuah Persoalan Pelik)

Pilihan . . .?
Malam ini aku mendapat satu pelajaran berharga lagi.  Kali ini tentang pentingnya arti memilih. Ketika dihadapkan pada dua pilihan yang masing-masing menawarkan sisi putih dan kelamnya.
Ada orang bijak yang mengatakan bahwa hidup ini adalah pilihan.  Pilihan untuk menentukan sesuatu yang harus dipegang dan dilepaskan pada bagian lainnya. Sungguh sulit dan benar-benar menyiksa ketika kita dihadapkan pada dua situasi dimana kita harus mengatakan “ya”pada satu situasi dan “tidak” pada situasi lainnya.
Sampai ada kata-kata lawas yang sering kita dengar “seperti makan buah simalakama, dimakan ibu mati tidak dimaka n bapak mat.”  Begitulah pilihan dia berat tapi harus dipikul.  Dengan segala macam konsekuensi yang menanti dibelakang nya. 
"...........................Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Qs. Yusuf:18)
Dalam ayat cinta-Nya,   Allah Swt saja memberi kita pilihan untuk memandang sesuatu yang baik dan yang buruk bagi diri kita.  Betapa penting pilihan dalam hidup ini hingga Allah menurunkan ayat yang memberikan kita kebebasan untuk menentukan sebuah pilihan.
Pilihan, begitulah kata ini ada dan akan selalu diakui keberadaannya sepanjang waktu masih bergulir. Dengan kebijaksanaan dasar yang kita miliki pasti ada sebuah pilihan yang bisa kita lakukan walau beribu konsekuensi menanti di baliknya.
Jangan takut untuk memilih sesuatu yang benar dan baik bagi kita maupun orang di sekitar kita.
Karena hidup ini pun pada hakikatnya dalah sebuah pilihan.  Pilihan bagi orang-orang yang bersyukur dan menghargai dirinya.
(Terimakasih pada semua orang yang mengajakku berdiskusi malam ini)
Jakarta, 8 Desember 2010

Sabtu, 04 Desember 2010

Catatan untuk Ibu (yang amat jauh disana)

IBU, tiga huruf yang banyak kata penggantinya untuk menyapanya. Sapaan yang terkandung dari 3 huruf itu benar-benar memiliki peran penting dalam tata kehidupan, disagala lini kehidupan. 
Ia yang bisa mengasihi dikala tak ada seorangpun yang mau menaruh kasih pada kita, dia orang yang mau menemani disaat tak ada seorang teman pun yang sudi merangkul pundak kita. Dia seorang dengan hati lapang, pikiran luas, wajah tenang, laku sopan, dan pemilik tangan yang hangat lagi mendamaikan . . . 

Di dalam genggamannya segala masalah serasa bisa di pecahkan. Sosok yang tangguh yang bisa memanajemen segala urusan. 
Dengan pikirannya segala problema serasa ringan tiada beban. Sosok cerdas yang bisa memberi solusi.
Dengan Ucapannya bisa menenangkan hati yang gundah. Sosok yang lembut menenangkan.
Dengan Belaian tangannya rasa sakit bisa hilang tanpa sisa. Sosok yang paham, pengertian.
Dengan Pelukannya, keresahan serasa hanya angan-angan . . .


Dia begitu lembut, tenang, dan menyenangkan . . .
Di dalam tengadah doa-doanya langkah penuh impian bisa dikabulkan . . .
Dialah wanita sabar yang kesabarannya luas melebihi gurun sahara . . .
Dialah wanita penuh rasa cinta yang cintanya dalam melebihi ribuan samudra . . .
Dialah ibu sosok yang harus kita cintai setelah Allah dan Rasulullah . . .

Hormatilah ia . . .
Karena dalam ridhonya ada selamat
Jangan sakiti ia . . .
Karena dalam murkanya ada laknat . . .

IBU, tiga huruf yang banyak kata pengganti untuk menyapanya. Namun, tak ada satu kata pun yang bisa menggantikan segala jasa-jasanya . . . .
Bahagiakan ia, penuhi keinginannya, turuti kata-katanya,
Selagi ia masih ada, 
nyata didekat kita . . . .

Seandainya kau tau betapa rinduku kepadamu ibu, 
seandainya kau tau betapa aku ingin membahagiakanmu ibu. 
Aku ingin engkau bangga melihatku. 
Melihat anakmu yang seringkali melukai hatimu dengan ujar lisanku, 
merepotkanmu dengan segala keluh kesahku, 
membuatmu menangis dengan segala lakuku.

betapa aku merindukanmu, 
rindu yang begitu dalam.
Tak dapat dihitung dengan jengkalan.
Betapa aku ingin memelukmu, meminta maaf mu, 
meminta restumu, meminta doamu.
Ibu,
Betapa aku merindukan hangat belaianmu, 
lembut usapanmu ketika ku lelah, 
apakah kau tahu betapa beratnya jalan ini?
Betapa kerasnya hidup tanpamu?
Batapa panasnya udara tanpa mu?

Apa kau tahu betapa aku sangat ingin kembali? 
Sangat ingin mendengar segala wejanganmu, betapa aku sangat rindu akan hadirmu…

Aku berjanji akan menjadi kebanggaanmu. 
Aku selalu berharap aku sempat dan sanggup membahagiakanmu…

Walau ku tahu, segala detik kasihmu tak akan pernah dapat terganti.
Add caption

Jakarta, Juli 2010 (saat rindu amat menggebu)
[Baru di Posting saat semangat ngeblog nyala lagi ;)]

Catatan Persahabatn (Untuk Sahabat yang Hadir Disaat Mulai Kehilangan Pegangan)

Hitam putih dua warna yang selalu hadir dalam semua kombinasi keberadaan.  Putih yang acap mewakili kebaikan seringkali dinodai hitam yang sering dikonotasikan keburukan.  Dua warna yang kontras berbeda.  Namun, erat,  saling bergandengan.

Seperti itulah persahabatan, ia terlahir dari dua atau lebih individu yang pada awalnya kontras dan saling berlainan,  kemudian saling dipertemukan dan menyatu dalam formula yang bernama saling membutuhkan.

Layaknya si Hitam dan si Putih persahabatan acap kali saling meberikan bauran warna yang berbeda,  ada yang berubah menjadi hitam kelam saat menemukan sahabat yang membawa pada kemudaratan ada pula yang menjadi putih apik cemerlang ketika bersua dengan sahabat yang baik atau berubah menjadi abu-abu temaram ketika masih gamang tak memiliki pegangan sehingga tak tau akan terseret kemana.

Persahabatan universal sifatnya,  bebas, luas. Tak perlu dispesifikasikan bentuk dan wujudnya atau dimana ia harus ditempatkan.

Persahabatan hanyalah sebuah rasa yang harus diterima keberadaannya dan disaring akan hakikatnya.

Persahabatan,  ia takperlu diuraikan kedalam partikel-partikel kekhususan cukup disaring,  diterima, kemudian dirasakan.  Kita bisa bersahabat dengan siapa saja,  orang tua kita, saudara kita,  rekan-rekan kita, lingkungan sekitar,  bahkan zat yang mahatinggi pun sepatutnya menjadi sahabat terdekat kita.  Menjadi sahabat utama yang menjadi sandaran untuk segalanya.

Itulah keuniversalan persahabatan,  ia sederhana, ringan,  dan tidak membebani.

Sekali lagi ia Cuma perlu disaring, diterima, dan dirasakan. 

Dengan tambahan bumbu kejujuran,  penghormatan, saling menghargai, dan pengertian.  Ia akan menjadi sebuah zat kimia yang tiada tanding dahsyatnya.  Ia akan menjadi obat dari kesepian,  ia akan menjadi pendamai dalam kegalauan dania akan menjadi guru yang mengingatkan disaat kita mulai lalai tanpa pegangan.  Karena betapa pentingnya persahabatan,  maka jaga lah ia,  pupuk dengan rasa penghormatan,  sirami dengan keikhlasan,  naungi dengan atap-atap pengertian,  topang dengan tonggak kejujuran,  maka ia akan tumbuh subur,  saling menguatkan.