Kamis, 24 Februari 2011

My 'Gubrak' Sunday . . .


Hari minggu harinya senang-senang buat mahasiswa yang berjadwal padat (kata siapa??? :P) yah buatku minggu emang hari yang menyenangkan. alasan :
1. Ga' kuliah, ga' kekampus, bisa bangun telat . . .(haha)
2. Giliran piket (ne ladang amal coz bisa ngebersihin asrama)
3. Bisa bebas jalan-jalan (hahaha yang ini ni yang bikin demen apalagi kalo dompet masih tebel)
Dari ketiga alasan (kurang konkrit) diatas yang paling seru ya poin ke tiga.  Poin ketiga ini jadi lebih menyenangkan ketika my luphly mum memberi mandat untuk berbelanjan <span>'ke brother land'</span> (baca= tanah abang) dengan semangatnya pagi-pagi aku bersiap-siap memilih baju yang paling enak dipakai (secara tau lah kondisi brother land yang super duper ramai banget and panaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas ) setelah itu dengan bismillah yang mantap melangkahkan kaki keluar (hip-hip hurray jalan-jalan+belanja). 
sesampainya di brother land, langsung kutuju toko jilbab langganan ku.  Dan membeli semua titipan my luphly mum. setelah itu sedikit ku cuci mata melihat2 beberapa butik disalah satu blok di sana.

awalnya semua berjalan aman, damai,lancar,terkendali sampai aku menyadari kalo kantong belanjaan ku bocor . . .(huaaaaaaaaaaaaaa barang2 nya pada nyecer keman bu'??) 
yang tertinggal hanya beberapa jilbab O eM Ji beneran dah ne jilbab titipan my luphly mum udah pada bertaburan sepanjang jalan kenangan yang kulalui . . . ku punguti satu persatu jilbab bordiran payet yang bergaya asyik ala ibu-ibu dengan gaya pemulung ulung . . . (satu, dua, tiga, selusin, dua lusin, satu kodi, dua kodi) sip lengkap jilbab yang nyecer kukumpulkan satu persatu. 
hufffffttttttt.. beneran deh, lain kali ga' mau :
1. pergi ke brother land sendirian
2. ga bawa tas belanja
huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......................................
but over all, ga' pa-pa lah yang penting amanat mama udah aku penuhi, 
nice trip, nice holiday, nice experience :)

Toilet ‘Shock’ Therapy


Bruk’
“Hua...hu...hu...hu...saki......t” samar-samar kudengar debuman diikuti tangisan pilu. (Bunyi apaan subuh-subuh begini pukul 03.48 Waktu Indonesia Bagian Jakarta, Cempaka Putih Barat XXI)
Masih dalam keadaan setengah sadar kuedarkan pandangan kulihat adik tingkatku sebut saja melati duduk sedih (ya definisi sedih buatku = mata mengeluarkan airmata) ternyata ia terjatuh dari tangga tempat tidur kami.  Dengan sigapnya (ala tim SAR) ku coba mengangkatnya (Berat banget sih, salah kuda-kuda ni kayaknya) aku pun bangun dan mencoba berdiri.  Saat ku jejakkan kaki ke lantai ‘clep’ kok basah ya ?
Ku jejakkan kaki sebelah lagi ‘clep’ basah juga . . . .(Ternyata melati menangis karena jatuh terpeleset dikarenakan air yang menggenang) T_T
Oh tidak, jangan-jangan air minum ku tumpah, kucari botol minumku, Maih berdiri tegar ditempatnya.  Tapi air tumpah kok sampai semata kaki ya??
Hipotesis awal :
  1.  Ada air minum tumpah (air minum ku Cuma se-liter, ga’ banyak)
  2. Ngompol (raksasa kaleee yang ngompol separah ini)
  3. Air mata melati yang jatuh (jangan-jangan dia titisan ikan duyung, oh ga’ mungkin)
Ternyata semua hipotesis awal ku SALAH besar.  Kunyalakan lampu kamar dan 2 orang teman sekamarku bangun, disusul 2 orang lainnya. 
“Kok ada air ya?” ujar salah satu temanku,  “iya kok basah ya?” (ya iyalah basah kan ada air hadeeh =_=)
Kulangkahkan kaki menuju toilet yang tak jauh dari tempat tidurku.  Oh My God, Closet nya yang menangis (air keluar dari closet red.) huah kamarku tergenang air closet (jorokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk), segera kami bangun dan mengambil peralatan tanggap darurat untuk membersihkan kamar dari serangan air toilet.  Sapu, serokan,timba,ember,alat pel,alat gerus air(aku nggak tau namanya),sampai celana training kebanggaanku juga kukorbankan demi kemaslahatan umat kamar. 
Kurang dari 15 menit bencana ini bisa kami tanggulangi dengan semangat kebersamaan dan kekompakan yang menyatu dalam rasa cinta dan damai (halah lebay bajay)
Namun, walaupun sudah tertanggulangi masih ada rasa trauma dalam sanubari kami (ala-ala pengungsi bencana merapi) beberapa barang yang biasanya kami letakkan dengan manis dilantai kami evakuasi ke bagian lain dari rumah yaitu pada sayap depan (baca balkon red)

Alhamdulillah,   udah beres  sekarang toilet dikamar kami, udah dipanggil tukang wc juga untuk memperbaiki ketersumbatan yang ada.  Semua bencana selalu meninggalkan cerita dan hikmah, kami akhirnya bisa membersihkan kamar kami secara bersama-sama yang pada awalnya tidak pernah kami lakukan bersama, karena kesibukan dan jadwal kuliah yang berbeda-beda.
Tapi,  tetep aja, ga’ lagi-lagi deh kamar digenangi air closet . . . J

Jakarta, 27 Januari 2011
(ditulis dengan penuh perasaan, jangan lupakan ini teman-temanku, bagian dari kebersamaan yang indah with Toilet Shock Therapy)

Catatan Perjalanan (Ketika Perjalanan Hidup Terlalu Sulit Untuk Direkam)


Perjalanan kehidupan,  itulah sebuah perjalanan terpanjang dan sangat pelik untuk di gambarkan pada peta,  terlalu rumit untuk dibuatkan gambaran utuh menyeluruh. 
Perjalanan kehidupan ibaratnya sebuah potongan-potongan mozaik yang saling lengkap-melengkapi dalam keberadaannya. 
Layaknya puzle-puzle yang berserakan dimana-mana,  yang bisa kita rangkaikan satu-persatu menjadi bentukan utuh. 
Proses perangkaian nya pun bukan hal yang serta-merta, perlahan tapi pasti membentuk gambaran.  Begitu pula perjalanan hidup kita,  perlahan tapi pasti membentuk sebuah alur kedewasaan, yang tidak meneyertai kita begitu saja,  ia hadir dan lengkap dengan pengalaman.
Pahit, manis, itulah rasa perjalan itu.  Seringkali indah walau kadang penuh duri membingungkan.  Tak jarang dihadapkan pada pilihan.  Namun,  seringkali keterpaksaan yang mengeksiskan keberadaan perjalan hidup kita.  Mungkin pernah bertemu dengan kegagalan yang pada akhirnya mempertemukan kita dengan jalan-jalan menuju kesuksesan atau kegagalan yang mengajarkan kita arti usaha dan perjuangan.  Banyak kesulitan-kesulitan yang pasti kita temui,  walau tak jarang kemudahan instan menjadi nikmat keberuntungan yang menyertai alur perjalanan.
Itulah bentuk rigi-rigi puzle yang terkadang harus bijak kita kombinasikan,  agar ia berbentuk gambar utuh tanpa selisih, tanpa cacat.

Terkadang hikmah yang ada dalam alur perjalanan kita tak kita telaah.  Sesal lebih sering menghampiri ketimbang ucapan-ucapan syukur selama perjalanan itu.  Padahal syukur itulah warna yang membuat rangkaian puzle kita terlihat lebih sempurna. 

Tak jarang kita tak bisa mengambil hikmah dari kerumitannya.  Kita tak bisa melihat sisi-sisi baik dari rangkaian yang telah tersusun,  kita tak pernah menyadari betapa penting keping-keping puzle yang tengah kita cari dan kita rangkai.  Kita terlalu sering melupakan bagian-bagian pentingnya.  Sering kita tidak bersyukur dengan kisah-kisah yang ada dalam tiap kepingannya.  Kita sering melalaikan nikmat waktu dan nikmat ujian yang pada hakikatnya merekatkan kepingan satu dengan lainnya. 
Betapa pun sulit bagi kita untuk melalui dan mencari kepingan-kepingan kecil dari puzle kehidupan, semoga tidak membuat kita lalai untuk melihat indah warnanya dengan rasa syukur,  merangkainya satu persatu dengan rasa sabar,  dan berusaha mengukuhkannya dengan   tawakal.

(Jakarta, 25 Februari 2011,  Ketika semuanya mulai terasa berat)