Rabu, 13 Oktober 2010

Catatan Kebahagiaan (Hari ini,esok,dan seterusnya)

Ini pengalaman ku saat aku akan berangkat ke kampus. Pengalaman yang sulit kulupakan ketika sedang berniat menyantap nasi uduk disalah satu warung di komplek sekitar asramaku. 
Aku melihat sepasang suami istri yang sudah memasuki hari tua. Keduanya tidak bisa dikatakan muda lagi, gurat-gurat usia sudah terlihat di wajah mereka. Dengan baju yang tidak bisa dikatakan rapi pula. Sandal jepit dekil, kemeja bolong-bolong yang warnanya telah luntur menjadi penghias badan bapak tua yang menjadi suami dari seorang wanita tua yang berpakaian tak kalah usangnya dengan suaminya itu. 

Lima menit aku masih menunggu nasi uduk pesanan ku datang, dalam 5 menit itu pula aku memperhatikan keduanya dengan malu-malu. Di hadapan mereka hanya ada sepiring nasi uduk lengkap dengan tempe dan kerupuk serta campuran lainnya. Bisa ku ambil kesimpulan mereka menyantap seporsi nasi uduk itu berdua. Mereka selalu tersenyum ketika selesai mengunyah suapan nasi yang mereka nikmati bersama. Sungguh aku merasa iba. Namun, hingga nasi udukku datang mereka berdua tetap menikmati semuanya tetap dengan senyum mereka yang memamerkan gigi-gigi mereka yang nyaris habis dimakan usia.
Rasa kagum ku bertambah, saat sang suami dengan mesranya mengusap sisa nasi yang menempel di pipi ciut wanita dihadapan ku itu. Sungguh aku haru bercampur iri melihat drama dihadapanku itu. Keadaan tak menuntut mereka untuk berhenti mencintai, kekurangan tak membuat mereka berhenti untuk berbagi. 

Sampai akhirnya, lelaki tua itu membayar nasi uduk mereka aku masih merasa kagum. Mereka tak sekalipun mengeluh atau saling menyalahkan dengan keadaan mereka sekarang. 

Lelaki tua dan istrinya yang berbaju lusuh itu terlihat sempurna dimataku, ditengah kesulitan mereka tetap saling bergandengan tangan saling berbagi, saling mencintai, saling mengisi. 

Pada hakikatnya kebahagian yang mereka pamerkan padaku mengingatkan padaku, kebahagiaan yang sesungguhnya ada dalam hati mereka. Bukan dari apa yang mereka miliki, bukan dari receh yang mereka kumpulkan sehari-hari, bukan pula dari baju-baju usang mereka yang akan mereka rubah modenya besok dengan tambalan segala rupa, bukan pula dari sandal jepit yang berbeda warnanya, bukan pula dari rambut-rambut putih mereka yang tercat alami adanya, 
bukan . . .
Bukan dari semua itu, 
kebahagiaan ada dalam sanubari mereka, 
dari rasa syukur mereka, 
dari harapan mereka, 
dari cinta 
dan rasa ingin berbagi yang mereka punya . . .
(terimakasih untuk sosok yang kutemui pagi ini di Warung Nasi Uduk Pak Slamet)